Sunday, November 16, 2014

Pop Mie Goreng

Minggu pagi, nangkring lagi di depan komputer. Mencicil pekerjaan sekolah maupun objekan pribadi. Setelah 'Upik Abu' menuntaskan rutinitas pagi dengan pekerjaan domestik, ternyata 'Upik Abu' masih harus memasak, memenuhi panggilan perut yang menuntut haknya. Intip lemari stok, kok masih ada PopMie dari kapaan tahu. Atuhlaah, keburu kedaluarsa, gera. Males sih makan PopMie begitu aja -walaupun kalau cium wangi PopMie yang baru diseduh kok kayaknya menggoda selera betuuul ya-. 
Akhirnya gocek dikit sama telur, sedikit terigu dan tepung bumbu pedas, lalu masukkan sesedok demi sesendok ke dalam minyak panas, jadilah PopMie goreng. Jadi teman sarapan yang dinikmati bersama nori, ditambah sambal pedas-manis atau mayonaise, ah...mana aja, samma enaknya. Selamat pagi, hari... Alhamdulillah, kunikmati suasana di rumah kecil ini.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan,
"مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ؛ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا"
"Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu; seakan-akan ia telah memiliki dunia seisinya". (HR. Tirmidzi dan dinilai hasan oleh al-Albani).

Thursday, November 13, 2014

Financial Talk-Femina & Allianz

Sebuah banner event 'mengundangku' untuk berpartisipasi. Sebuah acara bincang finansial yang digelar oleh majalah femina bekerjasama dengan Allianz Indonesia. Kebetulan acaranya di Bandung pula, gratis, dan bisa bawa kawan, wah... jadi kesempatan emas dong untuk jalin silaturahmi lagi. Yuk, kuajak seorang teman untuk ikut berpartisipasi. Janjian deh kita untuk memenuhi persyaratannya. Mudah kok, hanya mengirimkan tulisan pendek mengenai hal terpenting untuk berinvestasi. Nggak berapa lama, e-mail dimaksud sudah kukirim ke alamat tujuan.
Beberapa hari kemudian ada tanggapan, bahwa aku termasuk salah satu yang terpilih sebagai undangan. Tak hanya itu, aku pun boleh mengajak 1 atau 2 teman ke acara itu. Sporadis, kuajak beberapa teman. Ah... apa karena hari Minggu, lantas tak bisa menyempatkan waktu? Kalah oleh pekerjaan di rumah, oleh padatnya 'acara' mencuci, membuat kue, atau memang sedang ditugaskan ke luar kota. Akhirnya bisa kugandeng keponakanku untuk ikut serta di acara itu. Yuk, kita meluncur ke Sheraton Hotel.
Dan Minggu pagi itu pun, kami meluncur ke kawasan Dago. Tertahan di sana-sini dengan kawasan Car Free Day, akhirnya jam 9 lewat kami baru sampai di lokasi. Setelah registrasi ulang, kami boleh menanti sesi dimulai sambil icip-icip penganan yang disiapkan di depan ruangan ballroom. Bisa juga berfoto cantik di booth khusus yang sudah disediakan. Berfoto bareng ponakan, hayu ah berduaan.
Tak berapa lama setelah foto tercetak, sesi bincang finansial pun segera dimulai. Pembicara cerdas cantik, mbak Prita Ghozie, menjelaskan dengan gamblang berbagai poin penting untuk spesialnya perempuan, agar dapat mengamankan kehidupan finansialnya.
Beberapa poin penting tentu saja jadi catatan kurangkum berikut ini:
Berapa kekayaan kita sekarang? Jangan 'silau' dengan rumah atau kendaraan yang kita 'miliki' saat ini. Hitung dulu dengan cermat. Jika nilai aset ternyata lebih kecil dari utang, hayu berkaca diri lagi, karena itu pertanda kita tidak kaya sama sekali. Justru kebalikannya. Siapa tahu justru kita termasuk golongan miskin papa. :p 
Di sela-sela presentasinya, mbak Prita menanyakan mengenai 'kekayaan' yang kita miliki saat ini. Cek lagi dompet sendiri, lihat apa yang ada di dalamnya. Apakah lembaran Soekarno-Hatta yang menandakan kemerdekaan, atau masih Pattimura yang mencirikan perjuangan menuju merdeka? Atau bahkan dompet gembung hanya berisi kartu dan struk belanja semata. Tantangan dari mbak Prita, adalah untuk mengecek nota tertua yang masih tersimpan dalam dompet kita. Aku tersenyum-senyum, mengingat program loyalty dari salah satu bengkel tempatku biasa mengganti oli. Bisa jadi, nota terlama ada di dompetku, dari bengkel itu. Tapi cek punya cek, masih ada struk belanja yang lebih tua dari itu, tertanggal 27 Oktober 2009!!! Struk tertua di ruangan itu. Bukti pun diperlihatkan, dan mbak Prita mungkin merasa iba, yang kemudian berjanji akan mengirimkan satu exemplar buku karyanya untuk pemilik struk tertua -which is me- :p Alhamdulillah, beberapa hari kemudian buku pink dikirim dan sampai ke tanganku. Buruan baca, Dee, supaya terinspirasi untuk gaya, cantik, dan tetap kaya. Ahaha...
Berlanjut lagi bahasan mbak Prita untuk mengecek tujuan finansial kita. Tentu kita ingin hidup nyaman. Punya rumah tinggal biarpun berupa little house in the prairie ;) Rumah kecil tapi milik kita sendiri, membuat nyaman dan tenang. Adanya dana pendidikan, alokasi dana pensiun, kendaraan, hingga kenikmatan liburan. Prioritasnya adalah dari nomor 1 ke nomor 5. Jangan sampai terbalik, mengutamakan liburan, tapi tak punya dana pensiun ataupun rumah tinggal. Noted, mbak Prita.
Poin-poin yang dibicarakan mbak Prita sebetulnya bukan hal yang exclusively brand new. Tapi isi pembincangan di event itu jadi pengingat, agar kita disiplin melakukan poin-poin yang dipaparkan mbak Prita, untuk mengamankan kehidupan finansial kita. Bukan untuk menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi lebih pada merencanakan masa depan yang nyaman. Setuju, mbak Prita.
Selesai sesi berbincang dengan mbak Prita, dilanjut dengan sesi bicara dengan mbak Tiwuk Siswadi dari Allianz Indonesia. Kali ini membahas urgensi asuransi dengan segala serba-serbinya. Bikin makin melek mata deh dengan asuransi, Jangan asal pilih. Kenali dulu, baru pilih sesuai kebutuhan. Harus konsultasi lagi nih...
Rangkaian acara seru hingga lepas tengah hari itu digawangi oleh presenter seru, Valentino Simanjuntak yang lebih terkenal sebagai Vakentino Jebred!!! Nggak kalah seru, adalah acara bagi-bagi hadiahnya. Beberapa penanya mendapat merchandise dari femina atau Allianz. Sedangkan aku, dapat pink book, sent straight to my house. Kurang seru apa lagi kalau kita bisa makan sepuasnya dengan menu sekelas Sheraton Hotel. Enak bangeeeeettt...!!! Alhamdulillah.
Kalau jamuan femina sebegini asyiknya, nggak rugi banget sering-sering pantengin timeline femina atau web-nya. Kapan lagi ada kesempatan di Bandung, hayu cari peluang untuk ikut partisipasi lagi. Jangan bosen ya, fem ;)

Wednesday, September 17, 2014

Senja di de Green Mutiara

Suatu senja yang biasa
Yang tak biasa adalah waktunya
Saat aku sudah berada di depan rumah
Menanti senja

Mentari condong ke barat
Bola jingga bak jeruk raksasa
Bersinar hangat menyibak awan
Bulat sempurna

Tirai cahaya di balik awan
Ciptakan pemandangan luar biasa
Alhamdulillaah, bisa menikmati keindahan alam ini
Ciptaan Allah Maha Sempurna

Sunday, September 07, 2014

Koleksi

Week end, saatnya untuk bersih-bersih rumah lebih teliti. Menyapu-mengepel rumah hingga ke segala sudut, mengganti seperai di kamar utama, mencuci pakaian, hingga membersihkan lemari es. Tapi satu pekerjaan rumah yang masih kutunda adalah menyeterika. Entah kenapa, aku belum merasakan kenikmatan dari kegiatan menyeterika. Apalagi di udara panas hari ini.
Di pagi hari, kumulai kegiatan bersih-bersih dengan mengelap debu di koleksi mug di ruang depan. Memandangi satu satu koleksi mug-ku ternyata menumbuhkan rasa senang. Mengamati bentuk dan warnanya yang beragam, membawa memori kembali pada masing-masing momen saat mug itu satu persatu kudapat. Sebagian besarnya memang kubeli dengan harga yang masih masuk akal bahkan bisa dibilang murah. Sebagian kecilnya kudapat sebagai hadiah, dari teman yang tahu betul apa yang kumau. Terima kasih yaa.

Berlanjut ke lemari di ruang makan. Baru nambah koleksi Tupperware imut nih. Kalau yang ini, bukan buat dipajang-pajang, tapi memang untuk dimanfaatkan, dipakai sesuai fungsinya. Salah satu rak di lemari yang diposisikan di ruang makan kusebut dengan breakfast cabinet. Koleksi Tupperware lama dan baru bercampur di situ. Yang terbaru, yang kecil-kecil merah itu, kumanfaatkan untuk wadah coklat beras dan gula palem untuk isian roti bekal sarapan pagiku. Menemani koleksi merah sebelumnya yang berisi mentega untuk olesan roti. Gelas hijau itu untuk bekal kopi susu pagi kalau nggak sempat minum susu di rumah.
Wadah-wadah mungil itu pas untuk kebutuhanku. Semuanya imut dan memudahkan penempatannya di rumah mungilku, membuatku mudah mengingat letaknya. Berbeda dengan sebelumnya ketika aku masih menempati rumah ibu yang luas, di mana barang ini-itu terletak di sana-sini. jadi malas membereskannya. Tapi di rumah kecil begini, akhir pekan jadi me-time untuk mengurusi rumah kecilku. Alhamdulillah, home sweet home.

Sunday, August 17, 2014

Paphiopedilum Pertama di Rumah Baru

Empat bulan pertama di rumah baru. Taman depan rumah mulai kelihatan bentuknya. Tanaman Suplir sudah mulai menumbuhkan daun-daun baru yang segar, sementara tunas baru di tanaman lain pun mulai tumbuh satu-satu. Menyenangkan sekali melihatnya. Dan jelang kemerdekaan RI tahun ini, sekuntum bunga pertama mekar di taman depan rumah. Paphiopedilum liumianum, satu varian anggrek yang cukup populer dengan sebutan anggrek kantong semar yang kubawa dari rumah lama, mekar perdana.
Bunga ini bermahkota kelopak utama yang lebar di bagian atas dan dua kelopak kecil yang seperti lengan terentang, berbulu dan melintir cantik. Sementara itu, kelopak berikutnya yang berbentuk kantong, menggantung cantik di bagian bawah. Paduan warna yang cantik dalam nuansa krem, hijau muda hingga ungu membuat bunga ini cantik maksimal. Yang lebih menyenangkan, bunga ini akan estafet berbunga, Setelah yang pertama luruh, biasanya akan segera disambung dengan bunga berikutnya yang muncul di tangkai yang sama. 
Selamat datang di rumah barumu, bungaku. Semoga tumbuh subur dan 'menginspirasi' tanaman bunga lainnya untuk ikut subur dan berbunga, menyemarakkan taman bunga kecil di rumah mungil ini. 

Thursday, July 31, 2014

Ketupat Ketan Kami

Tradisi di keluarga kami, hidangan utama di hari lebaran adalah ketupat ketan. Apapun lauk pendampingnya, pasti enak ketika disantap bersama ketupat ketan bersantan yang gurih. Rendang tentu jadi langganan. Sambal goreng hati itu pun tak kalah sedap. Lidah panggang, pernah juga jadi teman si ketan. Semua ennak! Alhamdulillah. 
Selama bertahun-tahun, ketika ibu masih ada, cara memasak ketupat ketan ini hanya mengalami sedikit perubahan. Sempat aku alami, menemani ibu mengaduk-aduk ketupat di dalam rebusan santan dalam wajan besar nyaris semalaman, menjaga agar santannya tak sampai pecah. Belakangan ini, adanya pressure cooker sangat memudahkan urusan masak-memasak ini. Cukup masukkan ketupat ke dalam pressure cooker, dengan santan encer yang merendam keseluruhan ketupat. Beri sedikit garam, lalu kencangkan tutup pressure cooker. Biarkan sampai peluitnya berdesis, lalu kecilkan api. Biarkan selama kurang-lebih 30 menit, dan ketupat ketan pun siap dihidangkan. Eittss, tunggu dulu 10-15 menit sebelum membuka tutupnya.
Setelah ibu meninggal, kakak sulung mengambil alih tugas memasak ketupat ketan ini. Ketupat ketan selalu hadir di meja makan dalam hidangan hari raya. Tak pernah absen. Tahun ini, kakak sulungku berinisiatif untuk sedikit mengubah tampilan ketupat ketan putih yang biasa menjadi ketupat ketan hitam. Hmm... bolehlah dicoba. 
Cara memasaknya masih sama, tapi tampilannya tentu berbeda. Rasa? Hampir sama. Mungkin cuma masalah lidah kami yang merasa ada yang berbeda. Padahal sih mungkin sama saja, hanya karena belum terbiasa melihat tampilannya. Tapi cantik juga kan...? Uhm, tentu saja kami makannya nggak pakai bunga :p

Monday, June 30, 2014

Nokia Lumia, Come To Mama

Smart look? #Honestly, buat saya dulu, itu standarnya adalah kacamata. Dulu, pengeeen banget pake kacamata, biar kelihatan smart, gitu. Kalo dipikir-pikir lagi sekarang ini, justru tindakan itu berbanding terbalik dengan premis tersebut. Tapi tetep aja, kalo lihat orang pake kacamata tuh, dia terlihat pinter rasanya. Entah ya yang sebenarnya. Haha...
Definisi smart sekarang ini, tentulah berbeda. Smart sekarang ini, adalah kalau bisa manage waktu dengan baik. Ini karena saya sangat merasakan susahnya jumpalitan memanage berbagai aktivitas dalam rentang waktu yang 24 jam perharinya, 7 hari sepekannya. Urusan kerjaan sebagai guru SD, menyenangkan sekali sebetulnya. Ketika berinteraksi dengan anak-anak, berbagi ilmu dan cerita kepada mereka, sebetulnya hal itu sudah diawali dengan proses berpikir keras untuk merancang proses pembelajaran terbaik untuk mereka. Bagaimana cara menyampaikannya, worksheetnya bagaimana, apakah dikerjakan secara individual atau berpasangan atau dalam group, dan sebagainya. Tapi ketika mulai bercerita lalu murid-murid mulai berebut untuk saling cerita juga, hmm... harus cari cara smart untuk menghentikannya tanpa membuat mereka sedih. Perang batin dong dengan urusan target kurikulum yang harus disampaikan sekian sekian. Nah... smart itu adalah keterampilan untuk memadukan kepentingan kurikulum dengan segala insiden di dalam dan luar kelas. Dan boleh jamin, itu beneran nggak gampang lho.
Kembali lagi ke soal manajemen waktu, rasanya saya perlu gadget yang nggak sekedar smart phone. Lirik sana-sini, lalu lirik lagi smart phone yang kumiliki saat ini. Hmm... is it smart enough? Lumayan sih... daripada lu manyun. Ketika mengoptimalkan fungsi gadget yang saya miliki saat ini, mengetahui (hampir) semua fungsi dan feature-nya, itu berasa smart banget. Tapi belakangan ini, Nokia E-71 saya sudah mulai sering ngadat. Mulai lemot dan suka tiba-tiba mati dan nyala sendiri. Sudah pengen upgrade, rupanya :p
Lirik kanan-kiri, depan-belakang, Nokia Lumia jadi salah satu opsi yang dipertimbangkan. Tampilan OK. dengan pilihan warna kuning atau merah yang ceria, atau putih dan hitam yang elegan. Hmm... jadi modal untuk bikin tampilan saya terlihat makin smart. Nggak akan deh Lumia disangka BB, walaupun janjinya BBM akan dihadirkan pula untuk Lumia. Dengan handphone saya saat ini, sudah beberapa kali nih disangka BB. Bukaaaaan!!! 
Menilik lagi apa yang ditawarkan Nokia Lumia, hmm... memang bikin ngiler sih. Fiturnya cerdas, sangat mendukung aktivitas keseharian saya. Nggak sekedar kemudahan bikin to do list yang biasa saya update tiap hari, bikin note pendek atau panjang, transfer data mudah dengan bluetooth atau kabel data, buka link ke konten di internet untuk mendapatkan data dan referensi terkini, konektivitas dengan device lain, kamera dengan resolusi tinggi, dukungan layanan HERE Maps yang mengungguli layanan GPS lain, dan sebutin deh keuntungan lainnya. Masih berderet. Ini gawaaaat...!!! I need this gadget, and I need it badly.
Pintarnya lagi, semua fitur ini bisa dilihat dengan sekali lirik aja tanpa perlu bola-balik membuka jendela baru. Cukup lihat di Live Tiles. Mulai dari update status, notifikasi, pesan, sampai berita bisa di-scan dalam satu sapuan pandangan di start screen. Dan tampilan tiles di start screen ini bisa kita sesuaikan dengan setelan gaya dan karakter kita sendiri. 
Selain fitur bawaannya yang sudah cukup bejibun, segala macam aplikasi juga tersedia untuk kemudahan kita. Game? Ada. Hmm... yang ini bisa di-skip supaya nggak salah fokus. Media sosial, foto dan video, office application, majalah dan koran gratis, wah... semuanya bisa dengan mudahnya diunduh dan dinikmati dalam genggaman. Ah... semudah itu saja. 
Sudaaah, sudaaaah, saya sudah harus pakai slabbertje nih untuk menadah air liur saking pengennya. Saya lirik lagi Nokia E-71 saya. Honey, kalau kamu harus berganti dengan Lumia, sebagian darimu tak akan pernah hilang, karena kemudahan perpindahan data dari Nokia lama ke Lumia. 
Pindahan rumah belum lama saya alami, dan itu ribet sekali. Tapi pindahan dari Nokia ke Lumia nanti nggak akan seribet itu pastinya. Persiapan pindahan rumah saya lakukan jauh-jauh hari, dan hingga hari ini kenangan manis yang sudah terukir selama saya tinggal di sana tak akan bisa terhapus dari memori. Persiapan ‘pindahan’ smart phone ke Lumia? Uhm, sepertinya sih tinggal tunggu waktu saja untuk upgrade gadget dan kemampuan memanage diri sendiri supaya bisa lebih baik dan lebih pintar. To be smarter? I need that. Dan kenangan akan kebersamaan dengan E-71 akan tetap ada di memori (card). Cuma pindahan saja toh? #Honestly, saya siap berpindah pada Lumia. Come to mama!
#Honestly, tulisan ini diikutkan dalam event giveaway dari AsaCinta

Thursday, June 12, 2014

My Home Sweet Home

Home Sweet Home. Sering sekali ya kita mendengar idiom itu. Lebih asik lagi yang diungkapkan dalam bahasa Arab, ‘Baiti, Jannati’, rumahku adalah surgaku. Bentuk dan ukuran rumah mungkin jadi salah satu standar untuk mengukur seberapa sweet rumah kita ;) Tapi warna dan pengaturan perabot di dalam rumah juga mencerminkan kepribadian kita. 
Ketika pindah ke rumah baru, saya ya ‘terima nasib’ saja, menerima kondisi rumah apa adanya. Rumahnya bagus, alhamdulillah. Tapi tentu saja nggak bisa request pilih warna yang saya mau. Dinding rumah di kompleks kami berwarna off white cenderung kelabu. Abu-abu dipilih oleh pengembang karena karakternya yang cenderung dapat meningkatkan kreativitas. Abu-abu banyak digunakan di ruang kantor atau studio. Abu-abu juga banyak disukai karena merupakan warna eksekutif. Konon begitu. Dipadu dengan dinding luar berwarna krem dan ubin keramik lebar berwarna senada di bagian dalam rumah, keseluruhan rumah terkesan elegan, tapi buat saya terasa sedikit menjemukan. 
Beruntung saya punya sofa berwarna kuning-biru cerah yang bisa memberi aksen pada ruang tamu yang... plain. Saya nggak punya kata lain untuk menggambarkan kondisi ruang tamu di rumah kecil saya ini selain kata itu, plain. Ruang tamu kecil itu sudah cukup sesak dengan sofabed, meja tamu, rak pajang kecil dengan TV di atasnya, serta 2 kotak kecil yang bisa difungsikan sebagai book storage merangkap tempat duduk. Tambahan meja kecil di sudut sudah membuatnya lengkap (baca: penuh). 
Sofa yang bisa difungsikan sebagai tempat tidur itu jadi spot favorit saya untuk leyeh-leyeh bersantai, membaca buku atau sekedar ngadem di dekat jendela. Walaupun dinding masih kosong dari dekorasi, tapi memandangi dinding itu bisa membuat suasana hati ikut tenang. Sapuan cat yang rata di sepanjang dinding tanpa bau menyengat yang mengganggu indra penciuman, itu ya karena kualitas cat yang baik dari Jotun. Kadang terpikir sih untuk mengganti warna cat dengan warna yang lebih sesuai dengan keinginan. 
Kuning muda mungkin bisa bikin suasana hati lebih ceria, energik dan bahagia. Tapi konon, orang cenderung kehilangan kesabaran ketika berada dalam ruangan berwarna kuning. Selain itu, warna kuning juga cenderung menyebabkan mata lelah. Hmm... kalau begitu, biru pastel bisa jadi opsi berikutnya. Biru bisa memberi kesan teduh, santai, dan menenangkan. Konon, warna biru juga dapat meningkatkan produktivitas. Bisa nulis banyak cerpen dong di ruang depan situ. Tinggal pilih, varian Jotun sheen atau matt untuk ruang tamu. Tampaknya harus konsultasi lagi sama yang lebih ahli. Ah, kalau begitu, saya mau cari inspirasi dulu, ngadem dulu yaa di ruang depan. ;)

Monday, June 09, 2014

Optimasi Ruang di Rumah Kecilku

Pengalaman tinggal di Jepang meninggalkan kesan yang mendalam. Minimnya ruang di rumah atau apartemen di sana disiasati dengan sangat cerdas oleh orang Jepang. Ragam perabot maupun pernik dirancang sedemikian rupa sehingga fit di rumah-rumah mungil mereka. 
Sementara itu, sebuah tautan di media sosial menyebar dengan cepat, tentang ide sepasang suami istri yang merancang konsep hunian nyaman dalam rancangan yang teramat imut tapi fungsional, efektif dan efisien. Terinspirasi dari itu pula, saya berusaha menerapkannya sedikit demi sedikit dalam hunian mungil saya.
Ketika pindah dari rumah keluarga dengan 6 kamar ke rumah mungil dengan 2 kamar saja, whoaa... ‘masalah’ muncul. Bagaimana memindahkan barang kebutuhan yang terkumpul selama bertahun-tahun di rumah keluarga itu ke rumah sendiri? 
Tak terpikir untuk membeli perabot baru, tapi memang harus mengupayakan untuk memanfaatkan apa yang ada dengan seoptimal mungkin. Konsep stacking yang memanfaatkan setiap ruang seoptimal mungkin, sangat aplikatif untuk rumah mungil.
Beberapa kotak berbagai ukuran dimanfaatkan sebagai storage. Susunannya bisa dibongkar-pasang sesuai keinginan atau kebutuhan. Dua di antaranya dimanfaatkan sebagai tempat duduk dengan bagian bawahnya dimanfaatkan sebagai rak buku. Dengan rak buku terbuka dan begitu dekat dengan jangkauan, semoga buku-buku itu bisa segera khatam dibaca.

Sebuah meja makan pemberian kakak sangat bermanfaat di rumah mungil saya. Meja ini berkonsep folded table dengan storage yang bisa menampung cukup banyak barang. Sebagian koleksi mug saya, piring besar peninggalan ibu, hingga beberapa peralatan masak berupa sendok-garpu-sumpit dan sebagainya bisa masuk di sisi depan. Sedangkan beberapa botol bisa masuk dari sisi belakang yang saat ini kebetulan diposisikan menghadap dinding. Sayap kanan dan kiri bisa dilipat sehingga sangat menghemat tempat saat sedang tidak difungsikan. Tapi saat ada jamuan, tentu daun meja bisa dibuka sehingga bisa memuat berbagai hidangan. 
Area dapur merupakan area yang berhubungan langsung dengan ‘dunia luar’. Cahaya pagi menerobos dari sebelah kiri. Di tempat ini, optimasi tak kalah penting, supaya tak sering bolak balik ke sana ke mari untuk efektivitas dan efisiensi kerja. Bagian bawah sink bisa dimanfaatkan sebagai penyimpanan barang yang cukup besar tapi relatif sering digunakan. Ada oven, ceret, rice cooker, hingga tabung gas di situ. Masih muat untuk wadah beras dan wadah lainnya. 
Di pinggiran bak cuci piring, bisa ditambahkan kait dan gantungan lap. Sementara di bagian meja, aplikasikan konsep rak susun untuk wadah bumbu dan bahan masakan. Kait tambahan dipasang di sepanjang dinding depan bak cuci, supaya mudah menggantungkan kembali peralatan yang baru dicuci. Di ujung kiri, bisa dipasang kotak tissue terbalik yang disisipkan di bagian dalam tepian lemari dapur. Semua benda berada dalam jangkauan. Dapur jadi tempat yang nyaman. Hmm... alamat bisa berlama-lama nih di bagian belakang rumah ini. Yuk ah, mari kita pindah ke ruang makan lagi. Meja makan dianggurin tuh... ;)

Sunday, April 13, 2014

Pindahaaan

Tiba saatnya meninggalkan rumah kenangan, yang sudah 30-an kutinggali. Minus-minuslah. Minus masa kos selama kuliah dsb. Dalam rentang waktu selama itu, tentulah banyak kenangan tertinggal di sana. Begitu banyak. Terlalu banyak. Dan tentunya hanya bisa kubawa dalam memori saja. 
Setelah rumah baru siap huni, dengan sarana pendukung yang memadai, termasuk tambahan ruang dapur di belakang rumah, lengkap dengan pompa yang dipasang baru, aku pun umulai membawa historical items (hiyyaaa...), satu demi satu. Yang kecil-kecil bisa kubawa di mobil Katanaku, sedangkan yang besar-besar semacam lemari, tempat tidur dsb, dijadwalkan dibawa PascaPemilu. 
Tetap tak cukup waktu untuk beres-beres semua barang sendirian. Hingga hari-H, masih banyak yang belum selesai dipak. But the show must goes on. Mari kita pindahaaan. Kakakku membantu menyewakan sebuah mobil pick up plus satu kendaraan besar yang biasa dipakai operasional perusahaan garmentnya. Untuk tenaga angkut mengangkut, ada sekitar 4 orang yang ikut membantu, termasuk seorang tetangga yang juga adalah kakak kelasku ketika SMP dulu. Teman kakak yang juga rekanan bisnisnya. Jadi, marilah 'dikaryakan' untuk acara pindahan rumahku.
Bismillaah, yuk mulai pindah. Barang besar digeser sana-sini, menyisakan barang kecil-kecil malang melintang karenanya. Mbak Yayu, mbak Rani dan Adam ikut ke Bandung. Bantu beres-beres barang yang mau dibawa ke Depok, ceritanya. Intinya sih membawa barang masing-masing. Dan malam itu kami tidur di rumah lama yang jadi lapang tapi berantakan...!!! Paginya, baru kusadari aku tak bisa masak air gegara tabung gas sudah dibawa pindah. Huyyaa...!!! Jadi, yuk ah cari sarapan anget ke luar rumah. Dapat bubur ayam di dekat rumah, dalam perjalanan menyambangi makam bapak & ibu. Malamnya, mari kita menginap perdana di rumah baru. Hayu...

Friday, April 11, 2014

Coblos Siapa...?

Just simply did. Ikut partisipasi di dunia demokrasi. Nggak ada calon yang sempurna sesuai kriteria hati nurani... tapi kuputuskan untuk memilih. Walaupun belum tahu pula ke depannya mereka akan seperti apa. Apakah akan tetap sesuai dengan imej baik mereka saat kampanye, atau terseret ke dunia hedon yang melenakan, dibumbui dengan kasus atau skandal. Tapi Indonesia saat ini perlu suara kita, perlu partisipasi kita. Nggak akan habis-habisnya kalau urusan cela mencela, karena yang baik-baik justru jarang diberitakan. Ayolah...kita coba berimbang. Pokoknya saya sudah ngasih hak suara. Soal suara saya akan diselewengkan atau tidak, itu bukan urusan saya lagi. Kita punya tanggung jawab masing-masing kan ya? 'Tanggung jawab' saya sekarang sih, berfoto yang cantik aja buat bukti. Ihihi...

Monday, March 31, 2014

Dinamika Tiga Roda, Perekat Bahan Bangunan Rumah Masa Kini dan Masa Depan

Wacana pindah rumah sudah bergaung beberapa waktu lalu, setelah adanya cukup tenggang waktu pasca meninggalnya ibu. Aku yang kemudian tinggal sendiri di rumah warisan orang tua, cukup keteteran mengurus rumah besar itu sendirian. Belum lagi masalah musim hujan yang seringkali berendeng dengan musim bankir, membuat perjalananku dari dan ke tempat kerja jadi sangat terhambat. Sudah saatnya mencari rumah dengan lokasi yang lebih dekat dengan tempat kerja.
Aku bekerja di kawasan Padalarang, Bandung Barat, sedangkan kediaman saat ini ada di Bandung Selatan. Lumayan jauh juga perjalanan sehari-hari, tapi tertolong dengan adanya jalan tol Padaleunyi yang bisa kutempuh dengan mengendarai Katana hijauku. Ide mencari rumah di dekat tempat kerja? Hmm... tidak terlalu menarik buatku. Aku tak cukup jatuh hati dengan kawasan Bandung Barat. Kota Baru Parahyangan cukup punya magnet, tapi kutubnya saling tolak menolak dengan penghasilanku saat ini. Dengan pertimbangan akal sehat, aku putuskan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengupayakan memiliki rumah di sana. Maka opsi pun melebar kembali. Kawasan Bandung Selatan masih punya daya tarik kuat buatku. Sangat kebetulan bahwa ada sebuah kompleks baru di dekat rumah kakak. Dengan bismillah... aku pun memberanikan diri untuk mengajukan KPR ke BTN. Dengan menjalankan tips dan trik dari sana-sini, ajuan kreditku pun disetujui. Alhamdulillah.
Setelah mulai mencicil angsuran bulanan, sesekali kusempatkan untuk memantau perkembangan pembangunan rumahku. Pihak pengembang tidak mau berspekulasi dan menginvestasikan bahan-bahan bangunan terbaik untuk membangun satu demi satu rumah pesanan pelanggan. Salah satu material bahan bangunan yang digunakan, tentunya semen Tiga Roda, perekat bahan bangunan rumah masa kini dan masa depan.
Karakteristik semen ini sangat pas dengan filosofi hidup yang aku jalani saat ini. Jiaaah, sebegitunya ya? Ayo deh kita telusuri melalui contekan dari situs semen tiga roda yang sedikit kuringkas menjadi paparan di blog ini. Mariii...!
1. Tidak menggumpal
Ciri semen yang baik mudah dikenali secara fisik/kasat mata, yaitu tidak menggumpal. Terkadang semen yang sudah lama disimpan bisa membentuk gumpalan sebaiknya tak lagi digunakan karena sudah bereaksi dengan uap air/kelembaban dan hanya akan menjadi bagian yang lemah pada plesteran/beton/acian.
2. Waktu mengeras
Semen yang baik harus punya cukup waktu untuk tercampur secara merata dengan bahan lain sebelum diaplikasikan menjadi dinding, misalnya. Setelah itu, semen perlu waktu 6-7 jam hingga mengering sempurna. Terlalu cepat mengeras justru akan meningkatkan resiko keretakan pada dinding.
Aku sendiri perlu waktu cukup lama untuk beradaptasi dengan situasi dan lingkungan baru. Jadi, proses ini cukup merepresentasikan diriku.
3. Adukan lebih rapat dan rekat
Material semen kaya akan mineral dan logam. Daya lekat yang baik antara pasta semen dengan bahan lain menghasilkan campuran bahan bangunan yang padat dan baik, yang tentu saja harus berpadu dalam komposisi yang tepat. Campuran yang padat menghasilkan bahan bangunan 
beton/plester/acian yang berkualitas. 
Berkaca diri, aku pun tentu perlu berbaur dan bergaul dengan orang lain. Bisa sangat dekat dengan beberapa sahabat sevisi, kami bisa bersinergi, saling menyemangati, dan berujung pada keluarnya potensi terbaik kami.
4. Kemasan tertutup sempurna
Kualitas semen akan terjaga jika kemasannya tetap tertutup rapat, tidak basah, tanpa bekas tambalan. Setuju sekali. Tapi kurang pas rasanya jika kuanalogikan dengan busana muslimah yang biasa kukenakan di keseharian. Saat ini aku masih terus berusaha menjaga diri agar tidak sembarang orang bisa melihat.
5. Berlogo SNI (Standar Nasional Indonesia)
Sertifikat nasional dengan standar berupa logo SNI atau bukti sertifikasi internasional menjadi jaminan mutu untuk memilih semen terbaik. 
Standar SNI untukku? Sertifikasi dari Diknas atau Cambridge sebagai tenaga pengajar profesional cukup setara-kah dengan SNI? ;)
6. Baik dalam penyimpanannya
Cara menyimpan semen yang baik diantaranya adalah menyimpannya dalam ruangan yang terhindar dari kelembaban tinggi dan jumlah tumpukan tidak melebihi 2 meter. Hindari kontak langsung dengan lantai dan dinding dengan memberi bantalan (palet/kayu). Selain itu, semen yang baik ditumpuk secara berdekatan untuk mengurangi sirkulasi udara.
Begitu juga aku. Nggak nyaman rasanya kalau umpel-umpelan di satu tempat dengan terlalu banyak orang. Aku perlu space supaya bisa leluasa bergerak dan berekspresi, memunculkan potensi terbaikku.
Dan semakin hari, rumah impianku semakin mewujud. Sedikit menambah space di bagian belakang rumah, dengan menambah material bangunan rumah lainnya, pengerjaannya akan rampung dalam beberapa hari ini. Sudah banyak teman dan saudara yang menanyakan tentang rencana kepindahanku ke rumah baru. Insya Allah jika waktunya tiba, aku akan mengabari. Nggak akan diam-diaman lalu tiba-tiba pindah kok.
Buatku, rumah itu, selain sebagai tempat berlindung, juga tempat sembunyi, sanctuary tempatku menyepi. Tapi tentu terkadang pintu kubuka untuk teman-teman dan saudara, menyiapkan ruang untuk silaturahim. Seperti dinamika Tiga Roda, perekat bahan bangunan rumah masa kini dan masa depan, rumahku pun menjadi penghubung dari masa kini dan masa depan yang kujalani saat ini juga di waktu mendatang.

Friday, January 31, 2014

Puding Panas Keju





Sudah lama juga nih nggak makan roti untuk sarapan. Jadinya seringkali roti tawar masih bersisa banyak di kulkas. Dibuang sayang, hayu ah bikin Puding Panas dari roti sisa ini buat sarapan hari ini.
Bikinnya gampang sekali. Campurkan segelas susu (250 ml), 2 atau 3 butir telur dan 50 gram gula putih. Kocok tanpa mikser. Potong-potong sisa roti tawar sekitar 8 iris, bentuk dadu. Tambahkan potongan keju yang juga dibentuk dadu dan satu sendok makan mentega cair. Aduk hingga tercampur rata (atau nggak rata, karena potongan keju susah banget disebar merata di adonan ini).
Siapkan loyang. Olesi dengan mentega dan taburi dengan 3 sendok makan terigu. Tumpahkan kelebihan terigu di loyang ke dalam adonan dan aduk lagi. Masukkan adonan ke dalam loyang.
Bakar selama kira-kira 30 menit di dalam oven yang sudah dipanaskan hingga adonan terlihat mengembang. Pindahkan ke bagian atas (masih di dalam oven ya… bukan bagian luar oven :p) dan kecilkan sedikit api kompor. Angkat puding roti panas ini dari panggangan. Jangan heran jika dia akan segera mengempis beberapa saat setelah dikeluarkan dari oven. Dimakan hangat atau dingin, roti daur ulang ini sama enaknya.

Tak Ada Apa-apanya Dibanding Mereka